PENDALAMAN TEKS ALKITAB 1Yoh.4:1-21

PENDALAMAN TEKS ALKITAB

BAHAN PJJ 11-17 OKTOBER 2020

1Yoh.4:1-21

Oleh: Ev. Yusuf Tarigan, BD. MA.

 

Raymond E. Brown memberikan beberapa informasi dasar tentang surat 1Yoh. ini sebagai berikut:  

      Surat 1Yoh. ini diperkirakan ditulis oleh Rasul Yohanes sekitar tahun 100 M, yakni setelah Injil Yohanes selesai dituliskan (tahun 90an M).

·       Surat ini ditujukan kepada komunitas jemaat Kristen di sekitar kota Efesus, Provinsi Asia dalam naungan Kekaisaran Romawi.

·        Dari cara (style) dan kosa kata (vocabulary) nya, surat ini mempunyai banyak persamaan dengan Injil Yohanes.

·       Surat ini membahas tentang perpecahan yang timbul di dalam jemaat yang mempunyai pandangan yang beragam tentang diri dan ke-illahi-an Yesus. Oleh sebab itu, Rasul Yohanes menuliskan dengan tegas identitas Yesus di 1Yoh.4:2-3Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.’

Surat 1Yoh. ini dapat dibagi dalam empat bagian (Brown):

1)    1Yoh.1:1-4            : Pembukaan (Mengenal Yesus berarti mengenal Firman Allah yang

   menjadi manusia)

   1Yoh.1:1Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar,

   yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan

   dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup

   -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu.’

 

2)    1Yoh.1:5-3:10      : Allah adalah terang dan kita harus hidup di dalam terang.

  1Yoh.1:5Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan

  yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di

  dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.’

 

3)    1Yoh.3:11-5:12    : Hidup sebagai anak-anak Allah yang telah mengasihi kita

di dalam Kristus. Untuk mengerti tentang kasih dan hidup di

dalam kasih, kita harus melihat dan meneladani kehidupan

Yesus.

1Yoh.3:11-18Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari

mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; bukan seperti

Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan

apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya

jahat dan perbuatan adiknya benar. Janganlah kamu heran, saudara-

saudara, apabila dunia membenci kamu. Kita tahu, bahwa kita sudah

berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita

mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di

dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah

seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada

seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam

dirinya. Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah

menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan

nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapa mempunyai

harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi

menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih

Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita

mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi

dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

 

4)    1Yoh.5:13-21        : Kesimpulan (Terimalah Firman hidup dan hidup kekal) 

   1Yoh.5:13Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu

   yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki

   hidup yang kekal.’

 

William Barclay mencatat tujuan dari penulisan surat 1Yoh. ini, antara lain:

1)    Agar jemaat mempunyai persekutuan yang erat dengan Tuhan dan dengan sesama jemaat.

1Yoh.1:3Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.’

2)    Agar pemberitaan tentang Injil keselamatan Yesus Kristus membawa pemberita dan penerima berita (jemaat) mendapatkan sukacita yang penuh.

1Yoh.1:4Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.’

3)    Tujuan yang tertera di poin (1) dan (2) di atas hanya dapat dicapai jika:

a.    Jemaat mengenal kebenaran di dalam Yesus Kristus.

b.    Jemaat menyadari bahwa kualitas persekutuan dan sukacita sejati hanya diperoleh di dalam Yesus Kristus.

Gambaran umum di atas memberikan kita konteks dari surat ini. Hal ini membantu kita untuk lebih fokus dan tetap berada di dalam kerangka maksud dan tujuan utama penulis. Dengan demikian, kita memahami surat 1Yohanes ini dengan lebih mendalam dan membantu kita merefleksikannya ke dalam praktek hidup kita sehari-hari.

 

1Yoh.4:1-6

Ide utama:    Orang Kristen dengan bantuan Roh Kudus mampu untuk mengidentifikasi guru-guru yang mengajar tentang kebenaran, yaitu orang-orang yang hidupnya didiami oleh Roh Kudus dan yang mewartakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang telah bangkit. Dengan pertolongan Roh Kudus, orang percaya juga mampu mendeteksi kesesatan pengajaran dari guru-guru palsu.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan, dan empat hal ini merupakan prinsip-prinsip utama ajaran kekristenan yang benar, yaitu:

1)    Apakah engkau mengikuti guru-guru palsu?

1Yoh.4:1Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.’


Mathew Henry:

Ini peringatan bagi kita, perhatikan untuk selalu:

a)    Bersikap waspada: Jangan pedulikan, jangan percaya, jangan mengikuti, setiap roh yang berpura-pura sebagai Roh Allah, atau setiap orang yang mengaku mendapat penglihatan, ilham, pewahyuan dari Allah.” Kebenaran bisa ditiru dan dipalsukan. Karena itu, setiap orang yang mengaku-ngaku menerima Roh atau ilham, atau pencerahan luar biasa yang ilahi, tidak boleh dipercaya.

b)    Bersikap cermat, menguji pengakuan-pengakuan yang dibuat terkait dengan Roh: tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah (ayat 1). Seharusnya kita tidak perlu heran kalau para guru palsu bermunculan dalam jemaat, karena hal ini juga terjadi di zaman para Rasul. Roh kesesatan sangat mencelakakan, dan menyedihkan sekali bahwa manusia membual sebagai nabi dan guru-guru yang terilhami, padahal tidak demikian!

 

2)    Apakah engkau mengakui ke-illahi-an Yesus?

1Yoh.4:2-3Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.’

 

Inilah pedoman yang diberikan oleh Rasul Yohanes untuk menguji roh-roh palsu. Ajaran yang mereka sampaikan harus diuji dengan kebenaran Firman Tuhan.

 

Mathew Henry:

Yesus Kristus harus diakui sebagai Anak Allah, hidup dan Firman yang kekal, yang telah bersama dengan Bapa sejak awal mulanya, sebagai Anak Allah yang datang ke dalam dan di dalam kodrat manusia kita yang fana, dan dengannya Dia menderita dan mati di Yerusalem. Orang yang mengakui dan memberitakan ini, dengan akal budi yang diajari dan dicerahi secara ilahi, melakukannya oleh Roh Allah, atau oleh Allah yang adalah Pencipta dari pencerahan itu. Sebaliknya, “Setiap roh, yang tidak mengaku Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, tidak berasal dari Allah (ayat 3).” 


Martin Luther:

‘You should point to the whole man Jesus and say, "That is God," (Engkau harus melihat keseluruhan manusia Yesus dan katakan, ‘Itulah Allah.’)

 

Antikristus (antichrist)

Anti = ‘against’ (bertentangan, berlawanan)

Antichrist opposes Christ = Antikristus bertentangan dengan Kristus.

Hal ini dianggap sangat penting sehingga Rasul Yohanes kembali menegaskannya di 2Yoh.1:7Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.’

 

Wycliffe:

‘Jika seorang guru mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia maka dia bukan nabi palsu. Orang tersebut harus secara terbuka mengakui inkarnasi Juruselamat. Jika Dia tidak datang sebagai manusia. maka Dia tidak mungkin bisa mati dan menjadi Juruselamat. Dari ayat ini kita tidak boleh beranggapan bahwa inilah satu-satunya ujian ortodoks, tetapi ini merupakan sebuah ujian utama dan paling penting untuk menghadapi kesalahan-kesalahan pada masa Yohanes.’

 

3)    Apakah engkau percaya bahwa Roh Kudus yang ada di dalam kamu lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia?

1Yoh.4:4Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.’


Wycliffe:

Roh Kudus yang tinggal di dalam orang percaya. Roh yang ada di dalam dunia. Iblis, selaku penguasa dunia dan kekuatan yang berada di belakang semua guru dan nabi palsu.’

 

4)    Apakah engkau mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru-guru yang mengajarkan kebenaran Allah? Apakah engkau mendengarkan guru-guru palsu yang berbicara tentang hal-hal duniawi yang menyesatkan?  

1Yoh.4:5-6Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka. Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.’

 

Wycliffe:

Orang yang pengenalan akan Allahnya makin meningkat pasti akan terus mendengar kami. Itulah tandanya. Yaitu, para rasul berbicara kebenaran sebab umat Allah mendengar mereka, sedangkan para nabi palsu berbicara tentang hal yang salah sebab dunia mendengar mereka.

 

Matthew Henry:

Orang yang tidak mengenal Allah tidak akan menghiraukan kami. Orang yang tidak lahir dari Allah, tidak sejalan dengan kami. Semakin jauh orang dari Allah (sebagaimana yang terlihat di seluruh zaman), semakin jauh juga mereka dari Kristus dan para hamba setia-Nya. Dan semakin terbuai orang-orang dengan dunia ini, maka semakin terkucil pula mereka dari roh Kekristenan. Dengan begitu, kamu melihat perbedaan di antara kami dan yang lainnya: Itulah tanda Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.’

 

1Yoh.4:7-12

Ide utama:    Allah di dalam Yesus Kristus adalah Allah yang penuh kasih. Kasih Allah itu dinyatakan secara sempurna melalui kedatangan Anak-Nya (Yesus Kristus) ke dunia yang mengasihi kita umat manusia. Salib Kristus di Bukit Golgotha adalah monument kebenaran yang kekal yang menyatakan bahwa Allah adalah kasih.

Di bagian ini, Rasul Yohanes menegaskan kembali apa yang telah ia nyatakan di 1Yoh.2:7-11Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar. Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu, telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya. Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.’

·         Kasih adalah bukti bahwa seseorang berjalan di dalam terang

·         Kasih adalah bukti bahwa seseorang itu adalah anak Allah (a child of God)

 

Ada tiga hal penting dalam 1Yoh.4:7-12 ini:

1)    Kasih itu berasal dari Allah.

·         Mengasihi sesama merupakan bukti bahwa kita lahir dari Allah.

·         Mengasihi sesama merupakan bukti bahwa kita sungguh mengenal Allah.

·         1Yoh.4:7-8Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.’

 

Kata ‘mengasihi’ (dalam bahasa Yunani: agapaō ) di ayat 7 adalah kata perintah (imperative) yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Artinya, secara eksplisit, Rasul Yohanes bukan saja memberikan perintah ini untuk dilaksanakan dan dipatuhi oleh jemaat, tetapi dengan penggunaan kata ‘kita’ (kata ganti orang kedua jamak), bukan kata ‘engkau’, Rasul Yohanes secara sadar menyatakan bahwa perintah ini bukan hanya ditujukan kepada jemaat, tetapi ia sendiri juga harus mematuhi perintah tersebut. Hal ini beberapa kali ditekankan oleh Rasul Yohanes, misalnya:  

·         1Yoh.4:11Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.’

·         1Yoh.3:11,18(11) Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi. (18) Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.’

·         1Yoh.4:7,12,19(7) Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. (12) Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. (19) Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.’

 

Allah adalah kasih (God is love)’ di ayat 8: Pernyataan ini tidak sama pengertiannya dengan kalimat ‘Kasih adalah Allah (Love is God)’ atau ‘Allah adalah mengasihi (God is loving).’ Jika di ayat 7 disebutkan ‘kasih itu berasal dari Allah’ maka di ayat 8 pengertiannya menjadi lebih dalam. Kasih itu adalah karakter dan hati Allah. Artinya, setiap hal yang Allah lakukan mengekspresikan kasih-Nya. Ekspresi yang paling tinggi dari kasih Allah adalah ketika Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal menjadi korban penebusan dosa manusia agar manusia memperoleh keselamatan.

 

Wycliffe:

‘Kasih bukan sekadar sifat yang dimiliki oleh Allah, tetapi kasih adalah Allah sendiri. Selanjutnya. karena Allah adalah kasih, maka kasih yang ditunjukkan oleh-Nya berasal dari diri-Nya sendiri dan bukan dari sesuatu pengaruh yang ada di luar diri-Nya.’

 

Matthew Henry:

Orang yang mengasihi, mengenal Allah (ayat 7). Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah (ayat 8). Betapa sifat dari Allah yang mulia bercahaya dengan terangnya di seluruh dunia ketika Ia menyampaikan kebaikan-Nya, yaitu kasih. Hikmat, kebesaran, keharmonisan, dan manfaat penciptaan yang luas ini, yang sepenuhnya menunjukkan jati diri-Nya, di saat yang bersamaan juga menunjukkan dan membuktikan kasih-Nya. Dan akal budi, dengan menyimpulkan dan memahami sifat dan keunggulan pribadi yang paling mutlak ini, harus memahami dan mendapati bahwa Dia adalah yang Mahabaik: dan barangsiapa tidak mengasihi (tidak tergugah oleh pengetahuan yang dimilikinya mengenai Allah untuk memiliki kasih sayang dan menerapkan kasih), ia tidak mengenal Allah.‘

 

2)    Kasih itu nyata melalui karya penebusan yang dilakukan Yesus melalui salib.

·         Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia ini agar kita memperoleh hidup.

·         Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal agar Ia mati menggantikan kita orang   berdosa.

·         1Yoh.4:9-10Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.’

 

·        Peter Rhea Jones:

Banyak tafsiran yang mensejajarkan makna yang terdapat di Yoh.3:16 dengan 1Yoh.4:9-10. Persamaan antara keduanya sama pentingnya dengan perbedaannya. Yoh.3:16 menekankan aspek ‘memberikan Anak-Nya yang tunggal’, sedangkan di 1Yoh.4:9-10 menekankan aspek ‘Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal.’ Keduanya memberikan pernyataan yang tegas tentang kasih Allah. Keduanya fokus terhadap tindakan Allah untuk dunia. Keduanya fokus bahwa Yesus adalah Anak Tunggal Allah. Dan keduanya menyebutkan tentang ‘hidup kekal.’ Perbedaan yang nyata terlihat bahwa 1Yoh.4:9-10 mengikutsertakan ide tentang korban penebusan (pendamaian) bagi dosa yang secara jelas mendefenisikan Allah adalah kasih. Konteks Injil Yohanes menekankan prinsip ‘percaya’, sementara itu, 1Yohanes menekankan prinsip ‘saling mengasihi.’       

 

·         Samuel Zwemer:

‘Salib Kristus adalah lampu sorot Allah. Dia memperlihatkan kasih Allah dan dosa manusia, kekuasaan Allah dan ketidakberdayaan manusia, kesucian Allah dan kekotoran manusia. Bila mezbah dan korban penebusan adalah "yang pertama-tama" dalam Perjanjian Lama, maka salib dan perdamaian adalah "yang terutama" dalam Perjanjian Baru. Maka doktrin keselamatan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan segala sesuatu yang dicakupnya mengenai hati baru dan masyarakat baru, sorga baru dan dunia baru, dalam garis yang lurus menuju kembali ke arah pusat segala-galanya - "Anak Domba yang telah disembelih yaitu Yesus Kristus." (Why.13:8Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih’).’

 

·         William Barclay:

’Rasul Yohanes mengatakan bahwa Yesus adalah pembawa kehidupan. ‘Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya (ayat 9),’ Jadi, ada perbedaan mendasar antara eksis (existence) dan hidup (life). Semua manusia eksis, tetapi tidak semua manusia mempunyai kehidupan. Kehidupan ini hanya ada di dalam Yesus. Yesus memberikan kekuatan bagi kita untuk hidup. Yesus memberikan kita kedamaian agar kita hidup. Hidup di dalam Kristus membawa kita tidak hanya sekedar eksis, tetapi memberikan kita kesempurnaan hidup.

   

·         William Barclay:

‘Yesus Kristus adalah pribadi yang memulihkan hubungan kita yang telah rusak karena dosa dengan Tuhan. Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita (ayat10).’  Jika dalam Perjanjian Lama harus ada domba yang menjadi korban pengampunan dosa, maka di Perjanjian Baru, hidup dan kematian Yesus di salib adalah korban pendamaian yang membuat manusia berdosa diampuni dan memasuki hubungan yang baru dengan Allah. Yesus menjadi perantara antara manusia dengan Allah.’

 

·         N.T. Wright:

‘Yesus diutus oleh Allah, dari Allah, bukan hanya sebagai pembawa berita dari Allah tetapi Ia adalah perwujudan kasih Allah. Allah yang hidup, Allah Israel, telah menjadi pribadi yang hadir di dunia ini di dalam diri Yesus Kristus.’

 

3)    Kasih Allah dinyatakan melalui orang percaya yang mengasihi sesamanya manusia

·         Kasih Allah kepada kita menginspirasi kita untuk mengasihi sesama manusia.

·         Kasih kita (orang percaya) kepada sesama manusia membawa kasih Allah yang ada di dalam diri kita sempurna.

·         1Yoh.4:11-12Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.’

 

·         Wycliffe:

Kasih Allah dapat mengacu pada ‘kasih-Nya kepada kita’ atau pada ‘kasih kita kepada-Nya

a)    Jika yang dimaksudkan adalah ‘kasih-Nya kepada kita’, maka kasih tersebut menjadi sempurna (atau mencapai maksud penuhnya) ketika orang-orang percaya saling mengasihi.

b)    Jika yang dimaksudkan adalah ‘kasih kita kepada-Nya’, maka kasih tersebut menjadi sempurna (menjadi dewasa) ketika orang-orang percaya mengasihi sesama.

 

·         Robert W. Yarbrough:

‘Rasul Yohanes mengangkat konsep kesempurnaan dimana Allah ingin agar kita menjadi seperti Dia. Tetapi sampai kapanpun kita tidak mungkin mencapainya jika kita tidak mengasihi sesama. Salah satu bukti dari kedewasaan rohani adalah kasih. Bukti otentik seseorang adalah pengikut Kristus adalah kasih. Kedewasaan rohani kita tidak diukur oleh seberapa usia kita, seberapa lama kita telah jadi orang Kristen, seberapa lama kita telah menjadi anggota suatu gereja, seberapa banyak pengetahuan kita tentang Alkitab, atau seberapa giat kita di dalam pelayanan. Kedewasaan rohani kita ditentukan oleh kasih kita kepada orang lain. Inilah yang menyempurnakan hidup kita di dalam Kristus.’


·        Refleksi: Apakah selama ini orang lain mengenal Allah melalui hidup dan tingkah laku kita?

 

1Yoh.4:13-21

Ide utama:    Secara teologis, kasih itu terikat dan tak terpisahkan dengan kodrat dan pekerjaan Allah di dalam Kristus Yesus. Dalam kehidupan orang percaya, fakta teologis ini terintegrasi dengan fakta etis di mana orang yang mengaku dirinya adalah pengikut Kristus, hidupnya juga harus dipenuhi dengan tindakan-tindakan kasih. Terang yang ada di dalam diri Allah mengambil bentuk yang nyata dan dapat dilihat ketika orang-orang percaya merefleksikan kasih itu di dalam hidupnya.

1Yoh.4:13Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.’

Robert W. Yarbrough

‘Di ayat 13 ini, Rasul Yohanes membuat poin penting dimana kita memperoleh jaminan bahwa kita memperoleh keselamatan karena Allah telah memberikan Roh Kudus untuk tinggal di dalam kita. Kehadiran Roh Kudus di dalam kehidupan kita adalah jaminan bahwa kita benar-benar bersatu dengan Kristus. Inilah uang dimaksudkan oleh Rasul Yohanes dengan kalimat ’bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita.’ Jika kita katakan ‘kita berada di dalam Allah’, maka kita harus merefleksikan karakter Allah di dalam hidup kita. Prilaku kita terhadap orang lain akan menjadi sepadan dengan karakter Allah.

Roh Kudus mendiami orang percaya pada saat seseorang itu bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Pada saat itu, kita dibaptis oleh Roh Kudus, masuk menjadi anggota tubuh Kristus, dan menjadi bagian dari gereja yang universal. 1Kor.12:13Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.’


1Yoh.4:14Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.’

John Stott:

‘Ayat 14 ini adalah inti atau esensi dari Injil.’ Kata ‘dunia’ menunjukkan semua manusia yang berdosa, yang hidup dalam keterasingan dan keterpisahan dengan Allah. Manusia  yang tunduk kepada kuasa si jahat. Rasul Yohanes melihat bahwa tanpa membedakan ras dan tempat, Yesus datang untuk menyelamatkan orang berdosa.

Thomas Constable

‘Kita dapat melihat Allah, baik melalui manifestasi kasih-Nya kepada manusia, dan juga melalui kasih Allah yang dimanifestasikan melalui kehidupan orang percaya yang mengasihi sesamanya. Ini merupakan argumentasi tertinggi dari surat yang ditulis oleh Rasul Yohanes.  

 

1Yoh.4:15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.’

Kata ‘mengaku’ di ayat ini parallel dengan kata ‘Amin!’ yang kita ucapkan dengan tulus dari dalam hati terhadap Firman dan tindakan Allah. Mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah berarti mengaku keutuhan keillahian Kristus. Ini adalah sesuatu yang tidak diakui dan tidak diajarkan oleh guru-guru palsu. Mengenal Yesus serta memahami pengorbanan Yesus di kayu salib dengan benar adalah penting bagi keselamatan kita. Keselamatan yang sejati adalah ketika ‘Allah tetap berada di dalam diri kita dan diri kita ada di dalam Allah. 

A. T. Robertson:

‘Pengakuan akan keilahian Yesus Kristus ini mengandung arti tunduk dan taat, bukan hanya pengakuan di bibir.’ 

Matthew Henry:

a.    Karena iman di dalam Kristus mengerjakan kasih terhadap Allah, dan kasih kepada Allah harus menyalakan kasih kepada saudara-saudara, maka di sini Rasul Yohanes menegaskan iman Kristen ini sebagai dasar bagi kasih yang demikian. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah (ayat 15). Pengakuan ini tampaknya mencakup iman di dalam hati sebagai landasan dari pengakuan itu, pernyataan dengan mulut bagi kemuliaan Allah dan Kristus, dan pengakuan di dalam kehidupan dan perilaku, yang berlawanan dengan sanjungan atau celaan dunia.

 

b.    Sejarah mengenai Kristus Tuhan merupakan sejarah mengenai kasih Allah terhadap kita. Seluruh perkara-Nya di dalam dan dengan Anak-Nya merupakan pembuktian akan kasih-Nya terhadap kita, dan dimaksudkan untuk terus memajukan kita pada kasih kepada Allah.

 

1Yoh.4:16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.’

Rasul Yohanes kembali mengulangi apa yang telah dikatakan sebelumnya di 1Yoh.4:8: ‘Allah adalah kasih.’

John Calvin:

‘Rasul Yohanes berkata bahwa ‘kita telah mengenal dan percaya akan kasih Allah kepada kita.’ Allah adalah setia, dulu, sekarang dan selamanya. Kesetiaan Allah adalah jaminan bahwa Ia mengampuni kita. Kristus menyelamatkan kita dari hukuman dosa, kuasa dosa, dan dari polusi dosa. ‘Allah adalah kasih’ dinyatakan dengan jelas melalui apa yang Allah lakukan di kayu salib, dimana Yesus mati untuk kita orang berdosa.’

Kasih itu harus dinyatakan melalui tindakan, tidak hanya sebatas diucapkan saja. Jika kita melakukan kasih, maka kita telah meneladani kasih Kristus. 

 

1Yoh.4:17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.’

Wycliffe:

Orang percaya yang telah disempurnakan oleh kasih Allah di dalam hidupnya di dunia ini akan mampu berhadapan dengan penghakiman Kristus tanpa malu. Keyakinan ini bukanlah suatu perkiraan, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Dasar dari keberanian ialah adanya kesamaan kita saat ini dengan Kristus di dalam kehidupan di dunia, dan khususnya, sesuai dengan konteks, kesamaan di dalam kasih.

Orang Kristen tidak takut dengan hari penghakiman karena penghakiman terhadap kita telah diselesaikan oleh Yesus Kristus melalui salib.

Hari penghakiman adalah hari dimana kita akan melihat kasih Allah secara lengkap, tuntas dan sempurna. Memang kita telah mengenal dan mengalami kesempurnaan kasih Allah di dalam hidup ini, tetapi nanti di hari penghakiman, kita akan melihat kasih Allah yang jauh melebihi apa yang kita alami pada saat ini.   


Siapa yang akan dihakimi?

·       ·     2Kor.5:10Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap        orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam        hidupnya ini, baik ataupun jahat.’

·         Rom.14:10Tetapi engkau, mengapakah engkau menghakimi saudaramu? Atau                     mengapakah engkau menghina saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta       pengadilan Allah.’

·       ·     Kol.3:24-25Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang                    ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. Barangsiapa      berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak                       memandang orang.’

Oleh karena itu, marilah kita mengasihi Allah dengan segenap hati, melayani Tuhan dengan segenap hati, dengan tidak menyia-nyiakan waktu yang diberikan oleh Tuhan. Marilah kita hidup benar di hadapan Allah.

 

1Yoh.4:18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.’

Wycliffe:

‘Orang Kristen tidak perlu takut karena kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Ketakutan itu berkaitan dengan penghukuman. Ketika kita mengasihi Allah dan ketika kita juga tahu bahwa Allah mengasihi kita, maka kita tidak perlu khawatir dengan masa depan.’

 

Orang yang mengenal kasih Allah akan terhindar dari tiga jenis ketakutan ini dalam hidupnya:

1)    Ketakutan karena apa yang terjadi pada mereka di masa lampau.

2)    Ketakutan karena apa yang terjadi dengan mereka di saat ini.

3)    Ketakutan karena memikirkan ancaman yang akan terjadi pada mereka di masa yang akan datang.

 

Karena kasih senantiasa mengusahakan hal terbaik untuk sesama manusia, maka ketakutan yang adalah menjauhkan diri dari sesama, tidak mungkin merupakan bagian dari kasih.

 

Thomas Constable

‘Dalam tataran kemanusiaan, menerima orang lain sebagaimana dia adanya akan membuang rasa takut untuk mengasihi. Misalnya, di dalam ikatan perkawinan, hubungan kasih yang bebas dari rasa takut adalah ketika ada komitmen untuk menerima pasangan hidup sebagaimana dia adanya. Pengampunan adalah sesuatu yang sangat penting untuk suatu hubungan yang baik. Ef.4:31-32Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.’


1Yoh.4:19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.’

Martin Luther:

Yakin bahwa Allah mengasihi kita menjadikan kita peduli untuk mengasihi orang lain. Ini adalah makna dari ayat 19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.’ Allah mengasihi kita bukan karena apa yang telah kita lakukan: Dia mengasihi karena kasih-Nya. Kasih kita kepada Yesus bukan berasal dari diri kita. Kasih itu adalah respon kita terhadap Betlehem dan Kalvari. Satu-satunya alasan kita mengasihi adalah karena kita adalah penerima kasih Allah dan kita telah menjadi manusia baru. Kasih Allah mengajari kita dan memotivasi kita untuk mengasihi Allah. Kita tidak akan pernah mampu mengasihi Allah terpisah dari kasih Allah yang telah Ia nyatakan terlebih dahulu kepada kita.’

 

Matthew Henry:

Kasih-Nya adalah dorongan, alasan, dan landasan moral dari kasih kita. Kita tidak bisa tidak mengasihi Allah yang begitu baiknya, yang pertama-tama mengambil tindakan dan pekerjaan kasih, yang mengasihi kita sewaktu kita masih tidak layak dikasihi dan tidak elok, yang begitu mengasihi kita sedemikian besarnya, yang terus mencari-cari dan meminta kasih kita dengan mengorbankan darah Anak-Nya, dan sudah merendahkan diriNya untuk mengundang kita supaya didamaikan dengan-Nya. Biarlah sorga dan bumi tertegun menyaksikan kasih yang seperti itu! Kasih-Nya adalah penyebab timbulnya kasih kita.’

 

1Yoh.4:20-21 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya

Daniel L. Akin

Mat.22: 36-40 ‘"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.’

Terjemahan NKJV:

37 Jesus said to him, “‘You shall love the Lord your God with all your heart, with all your soul, and with all your mind.’ 38 This is the first and great commandment. 39 And the second is like it: ‘You shall love your neighbor as yourself.’ 40 On these two commandments hang all the Law and the Prophets.”

Di Mat.22:36-40, Yesus menyampaikan dua perintah besar: mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Yesus membuat suatu pernyataan yang mengejutkan banyak orang. Ia mengatakan bahwa perintah mengasihi sesama adalah ‘yang sama dengan itu ((and the second is like it)’, yang dalam hal ini artinya perintah mengasihi sesama sama pentingnya dengan perintah untuk mengasihi Tuhan. Di 1Yoh, Rasul Yohanes menambahkan bahwa seseorang tidak dapat mengasihi Allah tanpa mengasihi sesamanya. Jadi tidak benar jika ada seseorang yang mengasihi Allah tetapi membenci sesamanya. Itu membuatnya menjadi seorang penipu dan memberikan bukti bahwa sebenarnya dia tidak mengasihi Tuhan.       

 

I. Howard Marshall:

Mengasihi Allah harus diekspresikan di dalam mengasihi sesama. Jika seseorang mengklaim mengasihi Allah tetapi gagal (tidak) mengasihi sesamanya, orang tersebut adalah penipu. Allah tidak dapat dilihat dengan mata. Jadi, tidak ada cara kita untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar mengasihi Allah. Bahkan jika ia mempertunjukkan atau menampilkan gerakan-gerakan devosi/ penyembahan kepada Allah, seperti misalnya: berdoa, menghadiri ibadah, dan lain sebagainya, bisa jadi itu hanya tampulan kosong. Tetapi seseorang tidak akan bisa mengelabui orang lain dalam hubungan dengan tindakannya dalam mengasihi sesama.   

 

Jonathan Edwards:

‘Kasihilah semua orang…Kasihilah orang yang jahat dengan kasih yang mengampuni. Menangislah dan berdoalah bagi mereka. Temukan hal-hal yang baik di dalam diri mereka. Siap sedialah dalam setiap waktu untuk menderita bagi keselamatan mereka. Berharaplah dan berdoalah agar mereka juga memperoleh kasih karunia yang sama yang Allah yelah limpahkan kepadamu. 

 

Refleksi: Pernahkah Anda memikirkan dengan mendalam tentang siapakah Kristus? Apakah artinya mengikut Kristus? Apakah artinya menjadi orang Kristen?

 

KESIMPULAN

Ketika surat ini berbicara ‘hendaklah engkau saling mengasihi (1Yoh.4:7),’ maka orientasi kita harus berdasarkan kasih Allah di dalam Yesus Kristus. Pengenalan yang benar tentang Yesus Kristus menjadi landasan kita untuk mengasihi orang lain. Allah di dalam Yesus Kristus lah sumber kasih yang sejati.  

Ketika Allah yang adalah kasih itu mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk mendemonstrasikan kasih-Nya yang terdalam kepada manusia yang berdosa agar manusia memperoleh keselamatan, maka kita yang telah menjadi orang percaya juga diutus ke dunia ini untuk menjadi saluran kasih Allah di dalam Yesus Kristus bagi sesama manusia. Melalui cara ini, dengan bantuan dan kuasa Roh Kudus, orang-orang yang belum mengenal Allah di dalam Yesus Kristus dapat datang dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Dimuliakanlah nama Tuhan di dalam hidup kita.  

 

DAFTAR REFERENSI:

1.    Colin G. Kruse, The Letter of John (The Pillar New Testament Commentary), 2000.

2.    Daniel. L. Akin, Exalting Jesus in 1, 2 & 3 John (Christ-Centered Exposition), 2014.

3.    I. Howard Marshall, The Epistles of John, NICNT, 1978.

4.    John Calvin, The First Epistle of John (Calvin’s New Testament Commentaries), 1959.

5.    John Stott, The Epistles of John, 1964.

6.    Martin Luther, The Catholic Epistles, Luther’s Works, Vol. 30, 1967.

7.    N.T. Wright, The Resurrection of the Son of God, 2003.

8.    Peter Rhea Jones, 1, 2 & 3 John (The Smyth & Helwys Bible Commentary), 2009.

9.    Raymond E. Brown, An Introduction to the New Testament, 1997.

10.  Robert W. Yarbrough, 1-3 John (Baker Exegetical Commentary on the New Testament, 2008.

11.  William Barclay’s Commentary on the New Testament, 1 John (The Daily Study Bible Series).  

 

Website:

1.   Samuel Zwemer,  https://reformed.sabda.org/yang_sangat_penting_kristus_telah_mati

2.  Tafsiran Alkitab Wycliffe, https://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=1+Yohanes+4

3.  Tafsiran Alkitab Matthew Henry, https://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=1+Yohanes+4

4.  Thomas Constable’s Expository Notes, https://www.studylight.org/commentaries/dcc/1-john-4.html

 

Comments